Liana, Gadis Cantik Pendiri Gendang Beleq Putri Naga

banner 120x600

Selong,DS- Liana (25) gadis cantik asal Dusun Kayu Lian Desa Pringgajurang, Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur, ini punya hobi berbeda dibanding rerata  gadis sebayanya. Ia cinta dengan kesenian musik gendang Beleq yang selama ini identik dengan kaum laki.

Karena cinta dan hobi, Liana mendirikan sanggar Kesenian Gendang Blek Putri Naga. Sanggarnya terus berkembang dan membuat musik tradisional Lombok yang dulu hanya terdengar ketika ada acara adat, kini kembali hidup di tengah-tengah masyarakat Dusun Kayu Lian.

Liana menceritakan awal mula  ingin menghidupkan kesenian tersebut karena dirinya merasa tidak betah  pulang ke Lombok dan lebih betah di luar negeri. Namun, karena lahir dan memiliki keluarga di Lombok, ia kemudian berpikir bagaimana caranya agar  bisa betah di Lombok.

“Dari sana saya berpikir apa yang saya bisa saya lakukan agar bisa betah. Hingga saya memutuskan untuk menghidupkan kembali gendang belek dengan membentuk sebuah kelompok kesenian gendang beleq, ” katanya.

Sejak ada gendang beleq itu, kata dia, Liana merasa betah. “Kayak ada kehidupan lagi. Saya juga tidak tahu tiba-tiba suka dengan gendang beleq,”tuturnya, Jumat (05/9).

Liana. sangat menyukai kesenian dan hiburan. Baginya, Lombok merupakan daerah pariwisata yang memiliki berbagai adat budaya yang unik dan sangat mahal.

Sejak itu ia terketuk untuk melestarikan adat budaya Lombok, salah satunya melalui gendang belek yang sudah mulai ditinggalkan, terutama oleh anak-anak muda.

Dari keinginan itu, perempuan kelahiran 5 Februari 2000 tersebur bertekad menghidupkan kesenian di tanah kelahirannya, meskipun di tengah segala tantangan dan keterbatasan yang dialami.

“Saya ingin kesenian ini hidup lagi di kampung saya dan saya ingin masyarakat bisa terhibur dan saya sendiri juga,” ucapnya.

Dikatakan, membangun kelompok seni bukan perkara mudah. Berbagai tantangan dihadapi, mulai dari keterbatasan dana, sulitnya mendapatkan peralatan hingga minimnya dukungan dari keluarga dan lingkungan.

Namun, besarnya keinginan untuk melestarikan budaya membuat semangatnga tak mudah surut. Liana mengumpulkan satu persatu alat musik gendang beleq tersebut. Bahkan sebagian alat musik didatangkan dari Bali.

“Mengumpulkan alat itu luar biasa susahnya. Tempat belinya beda-beda. Ada yang dari Bali, ada yang dari Lombok. Karena saya ingin alat musik ini yang terbaik,” katanya.

Tidak hanya terkendala alat, tantangan terbesar ialah stigma yang berkembang di masyarakat tentang keterlibatan perempuan di musik tradisional itu. Gendang beleq selama ini identik dengan laki-laki. Namun, hal itu tak menggoyahkan semangatnya.

Liana rela meninggalkan berbagai bisnis yang telah dijalankan bertahun-tahun. Seperti bisnis parfum, mengekspor barang ke luar negeri hingga berdagang buah.

“Saya sempat punya brand parfum sendiri, tapi sekarang saya tunda dulu. Saya ingin fokus dulu untuk menghidupkan kembali gendang beleq ini,” jelasnya.

Ia juga mengaku, langkah yang diambil tersebut  tidak mendapatkan restu dan dukungan dari keluarga terdekatnya. Tetapi, ia percaya bahwa apa yang ia lakukan akan membuahkan hasil dan menginspirasi banyak orang, terutama perempuan muda Lombok.

Liana mengungkapkan  keinginan terbesarnya ialah  ingin melestarikan budaya suku Sasak agar tetap eksis dan tidak tergerus zaman. Karena, budaya dinilai menjadi sebuah identitas  bangsa.

Berkat kerja kerasnya itu, Liana akhirnya berhasil membuat sebuah kelompok musik gedang Beleq yang ia beri nama Putri Naga. Nama tersebut diambil langsung dari tahun kelahirannya, yakni tahun naga menurut penanggalan Cina.

“Dari situ saya merasa ada kekuatan. Saya ingin buktikan kalau perempuan juga bisa memainkan peran besar dalam melestarikan budaya,” ucapnya dengan penuh keyakinan.

Saat ini kelompok kesenian gendang belek yang dibentuk itu cukup terkenal  dan kerap mendapat undangan dari masyarakat hingga ke pelosok desa. Pul