Ngaji Budaya 2 Bahas Pariwisata, Begini Sentilan Ali BD

Mataram, DS-Ngaji Budaya berlangsung di Kantor Yayasan Swadaya Membangun, Selasa (19/8). Kegiatan yang membahas tema “Monokrom Pengembangan Pariwisata dan Keterancaman Ekologis serta Nilai-nilai Budaya Lokal” merupakan kerjasama Yayasan ADC, YSM, BSK, dan Universitas Gunung Rinjanj.

Kegiatan diwarnai penyampaian puisi oleh Dr.Karomi. Dibacakan pula cerpen berjudul “Pedagang Bakso” karya Ali BD. Cerpen itu mengangkat ide keterkekangan kondisi masyarakar Sasak di tengah suku bangsa lain khususnya Jawa dalam dunia usaha.

Sejumlah narasumber hadir seperti HM Sapta Mulia, Tjatur Kukuh, Roma Hidayat, Dr. Basri Mulyani, Lalu Prima Wiraputra, L. Sajim Sastrawan, Dr. Saepul Hamdi, dan Rate Wijaya.

Tokoh LSM, Dr. H. Moch. Ali Bin Dachlan, dalam sambutannya mengatakan bahwa lokasi acara merupakan tempat penggodokan pemikiran sejak era orde baru. Karena itu, setiap dinamika yang berkembang di masyarakar mesti sering dikumandangkan untuk mencerna pemikiran menuju Bangsa Sasak berkemajuan.

Menurut Ali BD, dialog diperlukan karena tidak ada harapan berkualitas dari pemerintah tentang pembangunan. Sedangkan partai tidak bisa diharapkan karena wakil rakyat turut serta jadi pemain sehingga kekuatan pengimbang harus dibangkitkan.

“Anda ini jadi pengimbang dari kekuatan yang kurang berkualitas, ” katanya.

Ali mengatakan orang Sasak dikenal dengan agama yang kuat dalam berbagai bentuk seperti dalam nilai, upacara atau simbolisme.

“Ini yang harus didiskusikan. Pikiran tidak pada pemujaan mazhab dan orang. Di lombok masih ada yang memuja mazhab dan tokoh, bahkan hampir disembah, ” cetusnya.

Berbagai kejadian konflik seperti karena mazhab dan aliran sering terjadi. Hal itu dikarenakan warga belum memahami dengan benar kebudayaan orang Sasak.

“Kebudayaan itu pikiran tentang kemanusiaan dan persatuan, ” kata Ali BD seraya menambahkan bahwa semua bisa dilakukan dengan dialog agar tidak ada perang di antara orang Sasak.

Ia menegaskan agama bisa mengalami kehancuran kalau tidak dipahami dengan baik. Sehingga, diperlukan dualig gang terus-menetus dan berkelanjutan.

Ali menambahkan dialog akan dilanjutkan dengan penelitian di beberapa destinasi seperti Senggigi, Gili Trawangan, Mandalika, dan Rinjani (Sembalun). Ian

Exit mobile version